Bagaimana bisa mencintai seseorang yang wajahnya tidak layak untuk di lihat, dengan sikap yang menakutkan dan jutek, apalagi untuk jatuh cinta?
Ternyata tidak di Film Beauty and the Beast yang menceritakan tentang seorang wanita cantik yang menaruh atau jatuh hati kepada manusia yang memiliki rupa yang buruk. Wanita tersebut bernama Bella (Emma Watson) dan pria yang memiliki rupa buruk tersebut yang diperankan oleh Dan Stevens.
Dari film yang ku tonton di bioskop favoritku itu, ternyata tak bisa membuka sisi kiri memori otak ku, selayang pandang, bahwa mencintai itu tak hanya soal berkasih sayang, lebih dari itu, menjaganya, mempertahankannya dan memupuknya agar rasa itu tetap tumbuh subur dalam sanubari.
Film yang disetting pada jaman kolosal, di saat kebanyakan perempuan sibuk mempercantik diri dengan dandanan dan penampilan yang lebih modern. Namun sosok berbeda yang di perankan Belle yang sibuk belajar dan membaca banyak buku. Pada point ini, cantik saja tidak cukup, sebab perempuan butuh kecerdasan, bukan sekedar label! Ingat bukan label, apalagi stempel.
Kemudian, perempuan yang dianggap sebagai kaum lemah, tapi tidak terbukti dalam film ini, sosok Belle menunjukan sebagai perempuan yang kuat dan pemberani. Bayangkan saja, ia mengendarai kuda sendirian dan menembus hutan yang dipenuni srigala-srigala menakutkan.
"Inget loh jeung, perempuan itu butuh kerja keras untuk meraih sesuatu..
Dan terakhir, adalah soal kesetiaan.
Tak bisa dipungkiri kebanyakan perempuan di dalam tata surya ini selalu ingin mendapatkan pasangan yang selaian indah wajahnya juga tampan hatinya.
Karena cinta sejati itu bersemi dari hati..
Lagi-lagi sosok perempuan yang di perankan Belle mampu membuktikan bahwa perempuan dapat mencintai dengan tulus walaupun rupa yang tak layak dari The Beast.
0 komentar:
Posting Komentar